WHO KNOWS?
WHO KNOWS?
Denia masih merunduk sembari memohon kepada Riski, pacarnya.
Ia tak sanggup jika kisah cintanya harus putus dan kandas di tengah jalan.
Pasalnya dia sudah mempersiapkan segalanya untuk segera bertunangan dengan
kekasihnya itu. Namun apa yang didepannya kini adalah sebuah kenyataan yang
harus ia terima. Riski baru saja mengatakan bahwa ia sudah tidak bisa
berhubungan dengannya lagi tanpa alasan yang jelas. Sehingga membuat Denia
sangat kecewa dan sedih.
“aku mohon Ki, ...” ujar Denia
Riski hanya terdiam. Tak sepatah katapun terucap dari
bibirnya.
“apa aku pernah membuatmu sakit hati? Apa aku pernah
mengecewakanmu? Apa salahku?” tambah Denia dengan nada pelan.
Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Dan keadaan takkan
merubah apapun. Riski pun segera pergi meninggalkan Denia yang masih tersingkur
ditanah.
Hembusan angin masih menusuk tulang rusuk. Denia terus
berjalan menapaki trotoar jalan. Entah kaki itu akan membawanya kemana. Karena
dia tak punya tujuan untuk berlabuh. Tanpa disadarinya kini ia telah berada di
atap sebuah gedung. Tatapan matanya kosong. Tangan kecilnya melunglai tak
berdaya. Rambut panjangnya terurai dan bergelombang karena ditiup angin.
Perlahan – lahan langkah kakinya menuju tepian atap itu.
Hembusan angin semakin kuat. Tubuhnya mulai terombang – ambing terbawa angin. Hatinya
merasa dingin dan ringan. Tak ada beban lagi yang terpikirkan. Bahkan kejadian
beberapa menit lalu. Badannya bergemetar dan mulai lemas. Kedua tangannya
terlentang seperti hendak terbang. Tiba saatnya ia mengakhiri hidupnya dengan
cara yang dibenci oleh Tuhan. Namun seketika itu ada seseoarang yang menarik
tangannya sehingga mereka berdua terjatuh. Saat itu juga ia baru tersadar
dengan apa yang dilakukannya barusan.
Ia duduk termenung di bawah pohon rindang. Merasakan tiupan
angin yang berhembus menusuk setiap tulang rusuknya. Deraian air mata mulai
membasahi pipi lekungnya. Ia tak
menghiraukan setiap hiruk pikuk yang ada di depan matanya. Hanya bisa pasrah
dan menunggu takdir apa yang entah akan membawanya. Lama sekali ia duduk
disana.
Denyut nadinya berdegup kencang. Denia pergi meninggalkan
taman itu. Di tengah perjalanannya ia melihat seorang wanita paruh baya yang
sedang memungut sampah. Awalnya ia tak menghiraukan wanita itu. Kepalanya masih
merunduk, mungkin karena malu dilihat orang yang melihatnya dengan kejadian
tadi. Semakin dekat dengan wanita paruh baya itu, ia semakin tertarik
dengannya. Ia pun mendekatinya.
“permisi Bu.” Ujar Denia menyapa wanita paruh baya itu.
Wanita paruh baya itu menoleh.
“apa yang ibu lakukan?” tambahnya.
Mereka berdua duduk di sebuah kursi yang sudah renta.
“ya beginilah dek, tiap hari harus mengais rejeki untuk
menyambung hidup di ibukota dengan mencari sampah. Habisnya ibu tidak punya
keahlian khusus.”
Wanita paruh baya itu kembali memilah sampah yang berada di
sampingnya. Denia pun beranjak dan membantu ibu itu.
“owh, bagaimana dengan suami dan anak ibu?”
Ibu itu diam sejenak.
“suami ibu meniggal lima tahun yang lalu nak. Ibu tidak punya
anak. Ibu hidup sendiri disini. Ngga punya sanak saudara.”
Ibu itu menghentikan aktivitasnya. Ia duduk lagi di kursi
itu. Tak lama kemudian ia mulai meneteskan air mata. Denia merasa iba melihat
wanita paruh baya itu.
“maaf bu...”,
“tidak apa – apa nak. Kenapa dengan raut muka adik?”
Denia pun menceritakan kisahnya kepada wanita paruh baya itu.
“astaghfirullah. Sabar nak. Adik ini masih muda. Tidak boleh
pasrah begitu saja. Hidup itu anugrah. Jadi harus disyukuri. Apapun masalahnya.”
Denia mengangguk paham.
“terimakasih banyak bu, ini ada sedikit rejeki buat ibu.”
Denia memberikan sejumlah uang kepada wanita itu dan pergi meninggalkannya.
Di sebuah perlintasan yang sangat ramai, terlihat dari
kejauhan sebuah truk yang melaju kencang. Padahal lampu BangJo semakin dekat.
Sementara itu di salah satu sudut jalan Denia terlihat berjalan dengan tatapan
lurus kedepan. Sehingga ia tak tahu apa yang berada di sekitarnya. Mobil
berlalu lalang dari kiri ke kanan. Denia masih asyik dengan pandangannya.
Doar...Bruuggg..... Pyaar...
Terdengar suara sebuah ledakan yang sangat keras. Sebuah
kecelakaan baru saja terjadi. Dan Denia adalah salah satu korbannya.
Di sebuah pemakaman yang hening, terdapat seorang wanita
paruh baya yang misterius. Kehadirannya tanpa disadari oleh orang disekitarnya.
THE END...........
video nya...
No comments:
Post a Comment